Gerhana Bulan 8 Oktober 2014 merupakan Gerhana Bulan Total (GBT), dimana Bulan tak terkena sinar Matahari secara langsung pada saat puncak gerhananya.Perhitungan dengan algoritma gerhana Jean Meeus memperlihatkan gerhana ini akan dimulai pada Rabu 8 Oktober 2014 pukul 15:16 WIB saat terjadi kontak awal penumbra (P1) yang memandakan awal fase penumbra. Selanjutnya disusul kontak awal umbra (U1) pada pukul 16:15 WIB sebagai awal fase parsial (sebagian).Totalitas gerhana dimulai pada pukul 17:26 WIB sebagai kontak awal totalitas (U2) dan mencapai puncaknya pada pukul 17:55 WIB. Pada saat puncak, magnitudogerhana adalah 1,152 yang bermakna bahwa diameter sudut lingkaran umbra (bayangan inti) gerhana adalah 1,152 kali lipat lebih besar ketimbang diameter sudut Bulan. Dengan diameter lingkaran umbra gerhana sebesar itu dan lintasan Bulan pada saat itu, maka totalitas gerhana yakni durasi tatkala Bulan benar-benar tak terpapar sinar Matahari secara langsung terjadi selama 58 menit. Totalitas berakhir dengan kontak akhir totalitas (U3) pada pukul 18:24 WIB. Setelah itu Bulan kembali memasuki gerhana dalam fase parsial (sebagian)hingga pukul 19:34 WIB saat terjadi kontak akhir umbra (U4). Selepas itu Bulan tinggal menyusuri lingkaran penumbra (bayangan tambahan) gerhana sebagai fase penumbra hingga saat terjadi kontak akhir penumbra (P4) pada pukul 20:33 WIB. Jika dihitung dari saat kontak awal penumbra (P1) hingga kontak akhir penumbra (P4), maka durasi Gerhana Bulan Total 8 Oktober 2014 ini adalah sebesar
5 jam 17 menit. Namun gerhana yang kasatmata hanya berdurasi 3 jam 19 menit, yakni semenjak awal kontak umbra (U1) hingga akhir kontak umbra (U4).Sepanjang 3 jam 19 menit itu kita akan menyaksikan Bulan mengalami fase parsial (sebagian) dan disusul totalitas dalam menjalani gerhananya. Bila durasi
keseluruhan gerhana dikurangi durasi gerhana yang kasatmata, maka akan kita peroleh sisanya sebesar 1 jam 58 menit. Inilah durasi dimana Bulan berada dalamfase penumbra dalam menjalani gerhananya kali ini. Dalam fase penumnbra, secara kasat mata kita hanya akan melihatnya sebagai Bulan yang nyaris bundar utuh
sebagai ciri khas Hanya dengan menggunakan alat bantu optik yang memadai (misalnya teleskop dilengkapi kamera tertentu) sajalah gerhana dalam fase penumbra bisa kita saksikan.
5 jam 17 menit. Namun gerhana yang kasatmata hanya berdurasi 3 jam 19 menit, yakni semenjak awal kontak umbra (U1) hingga akhir kontak umbra (U4).Sepanjang 3 jam 19 menit itu kita akan menyaksikan Bulan mengalami fase parsial (sebagian) dan disusul totalitas dalam menjalani gerhananya. Bila durasi
keseluruhan gerhana dikurangi durasi gerhana yang kasatmata, maka akan kita peroleh sisanya sebesar 1 jam 58 menit. Inilah durasi dimana Bulan berada dalamfase penumbra dalam menjalani gerhananya kali ini. Dalam fase penumnbra, secara kasat mata kita hanya akan melihatnya sebagai Bulan yang nyaris bundar utuh
sebagai ciri khas Hanya dengan menggunakan alat bantu optik yang memadai (misalnya teleskop dilengkapi kamera tertentu) sajalah gerhana dalam fase penumbra bisa kita saksikan.
Dalam lingkup global, Gerhana Bulan Total 8 Oktober 2014 dapat disaksikan di Australia, sebagian besar Asia serta hampir seluruh Amerika. Hanya Eropa dan Afrika serta Asia barat (timur Tengah) saja yang tak berkesempatan menikmati gerhana ini. Namun wilayah yang dapat menyaksikan gerhana ini secara penuh
dalam setiap fasenya tanpa terganggu aktivitas terbit ataupun terbenamnya Bulan hanyalah Amerika Serikat bagian barat, Canada bagian barat, Australia bagiantimur, Rusia bagian timur, separuh Jepang dan Papua Nugini.
Shalat Gerhana dan Observasi
Seluruh Indonesia berkesempatan menyaksikan Gerhana Bulan Total ini, meski berbeda-beda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Indonesia bagian timur khususnya propinsi Papua, Irian Jaya Barat, Maluku dan Maluku Utara mampu menyaksikan gerhana semenjak fase penumbra (tidak utuh) hingga usai begitu Matahari terbenam karena lokasinya berada di sisi barat garis P1. Sisanya menyaksikan gerhana hanya setelah memasuki fase parsial ataupun totalitas. Bulan terbit sebagaigerhana fase parsial dapat dinikmati di tempat-tempat yang berada di sebelah barat garis U1, meliputi pulau Sulawesi, seluruh kepulauan Nusa Tenggara dan sebagian besar pulau Kalimantan (kecuali Kalimantan Barat) serta Jawa bagian timur. Sementara Bulan terbit sebagai gerhana dalam fase totalitas dapatdilihat di hampir segenap pulau Jawa (kecuali Jawa Timur), propinsi Kalimantan Barat, propinsi Lampung dan Sumatra Selatan karena tempat-tempat ini berada di sebelah barat garis U2. Sementara sebagian besar pulau Sumatra mengalami situasi dimana Bulan terbit tepat setelah puncak gerhana (berada disebelah barat garis puncak). Bahkan di kota Banda Aceh, garis U3 tepat melintasi kota ini sehingga di sini terjadi situasi dimana Bulan terbit bertepatan dengan berakhirnya gerhana fase totalitas. Sehingga Banda Aceh hanya menikmati gerhana fase sebagian sampai usai.Seluruh Indonesia berada dalam kawasan Gerhana Bulan Total 8 Oktober 2014 ini Dan seluruhnya mampu menikmati gerhana secara kasat mata, baik fase parsial maupun totalitas. Sehingga Umat Islam di seluruh Indonesia berkesempatan menunaikan ibadah shalat gerhana bulan, tanpa terkecuali. Dan sebelum menunaikan shalat gerhana, dianjurkan untuk mengumandangkan gema takbir. Di samping itu alangkah baiknya jika turut mengamati gerhana ini, sebagai bagian dari mengagumi kebesaran Illahi dan memahami bagaimana semesta bekerja. Fase gerhana yang kasatmata berakhir pada pukul 19:34 WIB, sehingga kesempatan untuk menunaikan shalat gerhana bulan pun berakhir pada pukul 19:34 WIB, Untuk itu perlu disusun strategi kapan mengamati gerhana dan kapan melaksanakan shalat gerhana bulan. Fase totalitas adalah tahap gerhana yang paling mengesankan, maka dianjurkan meletakkan waktu observasi bersamaan dengan fase totalitas ini. Dengan demikian untuk pulau-pulau Irian, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra bagian barat dan pulau-pulau kecil disekitarnya serta kepulauan Nusa Tenggara, shalat gerhana bulan dapat dilaksanakan segera selepas usai shalat maghrib berjamaah di masjid. Sebaliknya untuk pulau Jawa dan pulau Sumatra bagian timur, shalat gerhana dapat dilaksanakan tepat setelah shalat isya berjamaah.
Seiring sebagian Indonesia masih berada dalam situasi musim kemarau dengan langit malam relatif cerah, maka Gerhana Bulan Total ini relatif bisa diamatidengan mudah dimana saja, termasuk di lingkungan perkotaan sekalipun. Namun ada teknik tersendiri untuk mengabadikan peristiwa langit ini. Prinsip dasarnya, Gerhana Bulan menyebabkan adanya perubahan pencahayaan Bulan dari yang semula cukup benderang (sebagai purnama) menjadi jauh lebih redup ketimbang Bulan sabit (pada puncak gerhana). Perubahan pencahayaan ini memerlukan pengaturan khusus. Jika anda menggunakan kamera jenis DSLR
(digital single lens reflex), maka atur kamera ke kondisi manual dan fokus lensa juga ke posisi manual. Pilih panjang fokus tertentu saja.Juga pilih f-ratio pada satu nilai tertentu dan demikian pula ISO-nya. Lalu arahkan ke Bulan dan atur waktu penyinarannya (exposure time) mengikut fase gerhana seperti diperlihatkan tabel di bawah ini:
Salah satu kelebihan kamera DSLR adalah dapat dihubungkan ke teleskop dengan penambahan adapter dan t-ring yang tepat sehingga menghasilkan teknik fotografi fokus prima. Namun bila disambungkan dengan teleskop, maka nilai f-ratio dan panjang fokusnya menjadi tetap seperti apa yang dimiliki oleh teleskop tersebut tanpa bisa diubah-ubah. Jika kamera DSLR ini disambungkan ke teleskop menghasilkan teknik fokus prima, maka nilai waktu penyinarannya (exposure time)bergantung pada ISO yang dipilih. Misalkan teleskop yang digunakan adalah teleskop pembias 70 mm dengan panjang fokus 900 mm, maka nilai ISO dan waktu penyinarannya mengikuti fase gerhana diperlihatkan tabel berikut :
Bagaimana jika anda tak memiliki kamera DSLR dan juga tak mempunyai teleskop? Jangan khawatir, Gerhana Bulan Total ini tetap dapat diabadikan meskidengan kamera digital sederhana atau bahkan kamera ponsel/ponsel pintar sekalipun. Kuncinya adalah mengeset kamera dengan nilai ISO yang besar
(bila memungkinkan). Juga mengatur nilai EV ke yang terbesar (bila memungkinkan). Jika pilihan-pilihan tersebut tak tersedia, masih terbuka jalanuntuk mengabadikannya dengan mengeset pencahayaan kamera lewat daylight atau sejenisnya saat fase penumbra dan fase parsial serta mengeset ke night atau sejenisnya saat fase totalitas gerhana.Bulan Merah Darah dan Bonus Uranus Satu hal yang akan diuji dalam Gerhana Bulan Total 8 Oktober 2014 ini adalah kualitas udara global. Jika udara relatif bersih (maksudnya bebas dari
partikulat dan aerosol pengotor hingga kadar tertentu), maka tatkala Gerhana Bulan Total terjadi sinar Matahari yang sempat menerobos atmosfer Bumi (bersinggungan dengan tepi cakram Bumi) akan dibiaskan demikian rupa. Sehingga saat berkas cahaya (khususnya cahaya dengan komponen kemerah-merahan)
ini keluar dari atmosfer, lintasannya telah berbelok demikian rupa sehingga akan jatuh ke permukaan Bulan. Maka Bulan akan terlihat berwana kemerah-merahan yang redup mirip warna darah bahkan tatkala puncak gerhana sekalipun. Lain persoalannya jika udara Bumi dalam keadaan relatif kotor, membuat cahaya yang
masuk ke atmosfer mengalami penyerapan dan hamburan demikian rupa oleh partikulat dan aerosol pengotor. Akibatnya jumlah cahaya terbiaskan yang jatuh ke permukaan Bulan sangat sedikit sehingga Bulan bakal terlihat betul-betul gelap di saat puncak gerhana. Pengotoran atmosfer Bumi dalam jumlah yang cukup
signifikan untuk mengubah tampilan Bulan saat puncak gerhana bisa diakibatkan oleh letusan dahsyat gunung berapi, atau tumbukan benda langit (komet/asteroid) berdiameter besar (minimal 500 meter).
Bagaimana dengan Gerhana Bulan Total 8 Oktober 2014 ini? Pada saat ini kita pun sedang mengalami letusan gunung berapi, yang terbesar adalah letusan Holuhraun di Islandia. Dimulai semenjak 29 Agustus 2014, hingga 1 Oktober 2014 letusan ini sudah memuntahkan tak kurang dari 650 juta meter kubik magma
atau lima kali lipat volume Letusan Kelud 2014. Namun tak ada partikulat debu vulkanik dalam jumlah signifikan yang tersembur ke ketinggian atmosfer dalam letusan ini, mengingat sifat letusannya yang efusif (leleran). Letusan Holuhraun juga menyemburkan gas belerang namun dalam jumlah 30.000 ton
per hari, angka yang terhitung relatif kecil untuk letusan gunung berapi. Maka pengotoran atmosfer dalam jumlah signifikan pada saat ini nampaknya tak terjadi. Sehingga Bulan pada saat puncak Gerhana Bulan Total 8 Oktober 2014 diprakirakan tetap akan berwarna kemerah-merahan redup menyerupai darah.
Gerhana Bulan kali ini pun bakal berbonus peluang langka, yakni kesempatan untuk mengamati planet Uranus. Planet ketujuh di lingkungan tata surya kita danplanet pertama yang ditemukan manusia sepanjang sejarah lewat teleskop ini akan berbinar di sudut kanan atas Bulan selama fase gerhana. Dengan magnitudo
semu +5,7 maka planet ini bahkan berkemungkinan terlihat mata manusia tanpa alat bantu, asalkan berada di lingkungan yang betul-betul gelap dan langit dalam
kondisi sempurna.(Dari Blog Pak Ma'ruf)
No comments:
Post a Comment