Oleh Tb Husain
1. ISTILAH IMAM
IMAM menurut bahasa merupakan “masdar” dari kata kerja AMMA yang berarti mendahului contoh : “AmmaHum taqoddama Hum wa Hiyal imaamahu” artinya mendahului mereka dan itulah imam maka Imam berarti : Setiap orang yang diikuti baik pemimpin atau yang lainya Ibnu Manzur berkata (kamus lisanul’arab) : “Imam ialah setiap yang diikuti oleh orang-orang, apakah itu ada pada
jalan yang lurus atau jalan yang sesat.”Dari Tsauban, Rasulullah saw bersabda:
“وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي َاْلأَئِمَةَ الْمُضِلِّينَ
Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari umatku adalah para imam yang menyesatkan.”
(HR. Tirmidzi 2155 dishahihkan oleh Syaikh Al Albani Shahihul Jami’ 2316).
2. ISTILAH KHALIFAH
KHALIFAH adalah bentuk “masdar” dari kata kerja KHALAFA-YUKHALIFU, yang berarti wakil atau pengganti Khalifatulloh fil ardh, pengganti Alloh dimuka bumi dan Khalifatu Rosulillah, pengganti tugas-tugas
kerosulan (Lihat Ar-Raghib hal 156-158)
Dari Abu Hurairah, Rosululloh saw bersabda :
وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ وَسَتَكُوْنُ خُلَفَاءَ فَتَكْثُرُ
Bahwa tidak ada nabi setelahku dan akan ada para khalifah, jumlah mereka pun banyak (HR Muslim,
Shahih Muslim no. 3429)
SYARIAT NABI DAHULU HANYA UNTUK JADI IBROH
Berkenaan dengan Istilah Imam yang dinisbatkan kepada Nabi Ibrahim as dalam QS. Al-Baqarah : 124 dan Khalifah kepada Nabi Daud as QS. Shaad : 26 maka Syari’at para nabi dan rasul sebelum Rasululloh Muhammad saw itu boleh kita laksanakan kecuali syari’at itu diteruskan atau dibolehkan oleh Rasululloh saw. Karena kita hanya boleh merujuk kepada Rasululloh saw saja, bukan nabi sebelumnya.
Rasululloh bersabda :
“Syari’at sebelumku adalah bukan syari’atku”
Jadi kita tidak boleh melakukan bunuh diri dalam rangka untuk taubat seperti taubatnya ummat Nabi Musa. Atau tidak boleh menjadi raja dari golongan jin seperti yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman. Atau kita tidak boleh bergabung dalam sistem kufur seperti halnya yang dilakukan Nabi Yusuf sebagai pengatur logistik di kerajaan Fir’aun. Karena itu semua tidak dilakukan kembali oleh Rasululloh Muhammad saw.
Rasululloh pernah menegur Umar bin Khattab yang kedapatan sedang membaca Taurat. “Andai saja saudaraku (Musa as.) masih ada, niscaya dia akan mengikutiku”.Begitu pula Nabi Isa as. yang diturunkan kembali di akhir jaman, adalah bukan untuk membawa risalah baru. Namun meluruskan risalah Rasululloh saw yang telah dilanggar oleh ummatnya. Ketika Nabi Isa as. turun di setelah dibai’atnya Imam Mahdi menjadi khalifah, maka beliau melakukan shalat di masjid. Ketika itu, Nabi Isa dipersilahkan menjadi imam shalat, namun beliau menolaknya. Dan setelah selesai shalat, beliau berdiri dibelakang Imam Mahdi berperang melawan Dajjal.
Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu hanya sebagai ibroh saja bagi Rasulullah dan ummatnya. Bukan untuk diterapkan syari’atnya. Sebab tidak ada satu qarinahpun yang bersifat jazm (tegas) dan memperkuat dalil2 tersebut agar kita menerapkan syari’at nabi dan rasul terdahulu.
Dengan demikian kita hanya merujuk kepada Rasulullah Muhammad saw. saja. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ وَذَكَرَ
ٱللَّهَ كَثِيراً
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Dalam ayat ini membuktikan bahwa hanya Rasulullah saw saja sebagai suri tauladan kita.
Dalam ayat yang lain :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَٱللَّهُ غَفُورٌ
رَّحِيمٌ
Artinya :Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran ayat 31)
Ayat ini diawali dengan fi’il amr Qul, dan ditujukan kepada Rasulullah Muhammad saw, bukan kepada nabi dan Rasul sebelumnya. agar mengatakan kepada ummatnya untuk mengikuti (Ittiba) Rasulullah saw jika mereka mencintai Allah.
Wallohu’alam
Bahwa tidak ada nabi setelahku dan akan ada para khalifah, jumlah mereka pun banyak (HR Muslim,
Shahih Muslim no. 3429)
SYARIAT NABI DAHULU HANYA UNTUK JADI IBROH
Berkenaan dengan Istilah Imam yang dinisbatkan kepada Nabi Ibrahim as dalam QS. Al-Baqarah : 124 dan Khalifah kepada Nabi Daud as QS. Shaad : 26 maka Syari’at para nabi dan rasul sebelum Rasululloh Muhammad saw itu boleh kita laksanakan kecuali syari’at itu diteruskan atau dibolehkan oleh Rasululloh saw. Karena kita hanya boleh merujuk kepada Rasululloh saw saja, bukan nabi sebelumnya.
Rasululloh bersabda :
“Syari’at sebelumku adalah bukan syari’atku”
Jadi kita tidak boleh melakukan bunuh diri dalam rangka untuk taubat seperti taubatnya ummat Nabi Musa. Atau tidak boleh menjadi raja dari golongan jin seperti yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman. Atau kita tidak boleh bergabung dalam sistem kufur seperti halnya yang dilakukan Nabi Yusuf sebagai pengatur logistik di kerajaan Fir’aun. Karena itu semua tidak dilakukan kembali oleh Rasululloh Muhammad saw.
Rasululloh pernah menegur Umar bin Khattab yang kedapatan sedang membaca Taurat. “Andai saja saudaraku (Musa as.) masih ada, niscaya dia akan mengikutiku”.Begitu pula Nabi Isa as. yang diturunkan kembali di akhir jaman, adalah bukan untuk membawa risalah baru. Namun meluruskan risalah Rasululloh saw yang telah dilanggar oleh ummatnya. Ketika Nabi Isa as. turun di setelah dibai’atnya Imam Mahdi menjadi khalifah, maka beliau melakukan shalat di masjid. Ketika itu, Nabi Isa dipersilahkan menjadi imam shalat, namun beliau menolaknya. Dan setelah selesai shalat, beliau berdiri dibelakang Imam Mahdi berperang melawan Dajjal.
Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu hanya sebagai ibroh saja bagi Rasulullah dan ummatnya. Bukan untuk diterapkan syari’atnya. Sebab tidak ada satu qarinahpun yang bersifat jazm (tegas) dan memperkuat dalil2 tersebut agar kita menerapkan syari’at nabi dan rasul terdahulu.
Dengan demikian kita hanya merujuk kepada Rasulullah Muhammad saw. saja. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ وَذَكَرَ
ٱللَّهَ كَثِيراً
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Dalam ayat ini membuktikan bahwa hanya Rasulullah saw saja sebagai suri tauladan kita.
Dalam ayat yang lain :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَٱللَّهُ غَفُورٌ
رَّحِيمٌ
Artinya :Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran ayat 31)
Ayat ini diawali dengan fi’il amr Qul, dan ditujukan kepada Rasulullah Muhammad saw, bukan kepada nabi dan Rasul sebelumnya. agar mengatakan kepada ummatnya untuk mengikuti (Ittiba) Rasulullah saw jika mereka mencintai Allah.
Wallohu’alam
No comments:
Post a Comment