Donasi Iklan

Wednesday, July 25, 2018

KHILAFATUL MUSLIMIN BUKAN SEPERTI YANG DIDUGA


Bertabayunlah, .... itu yang diajarkan Islam. 

Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang Khilafatul Muslimin, tanyakan pada semua petugas kekhalifahan, mereka mudah dikenali, tampak dari indra penglikatan kita bahwa mereka menggunakan seragam yang tidak dimilikisiapapun kecuali para petugas kekhalifahan.Jadi jangan bertanya pada selain para petugas kekhalifahan islam Khilafatul Muslimin tentang kami selain dengan datang bertabayun pada kami.

Syahdan, tersebutlah di suatu daerah yang jauh dari hiruk pikuknya kota, tepatnya nama tempat tersebut adalah Pondok Kopi. Suatu perkampungan yang asri di tengah perbukitan yang dihiasi oleh gagahnya perkebunan sawit yang berdiri tegak. Terdapatlah seorang kakek yang sudah sangat renta dalam hal usia namun sisa-sisa otonya yang kekar masih bisa terlihat di beberapa tempat di tubuhnya yang menunjukan bahwa pada masa mudanya sang kakek adalah sosok pemuda yang gagah dan kekar. Saban hari sang kakek bekerja mengumpulkan kayu bakar di kaki bukit yang ditempuh dengan dengan berjalan kaki dari rumahnya yang kemudian dijualnya di kota untuk menutupi kebutuhan keluarga. 

Pada suatu hari datanglah seorang pemuda asing yang bermaksud menyalurkan kegemarannya yakni berburu. Dalam melakukan perburuannya, sang pemuda tak sengaja melewati jalan yang biasa dilewati oleh sang kakek. Tak disangka, disaat sang pemuda menyusuri jalan setapak tersebut tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah benda asing tergeletak di pinggir jalan yang hampir tertutup oleh dedaunan yang hampir hancur. Dengan sergap dan penuh rasa penasaran sang pemuda meraih benda asing tersebut dan membukanya, bukan kepalang kagetnya sang pemuda karena tas kulit lusuh itu berisi butiran emas sebesar jempol bayi yang baru lahir sebanyak lima butir. Dengan mata yang berbinar-binar dan senyum sumringah sang pemuda bergumam, “…aiihhh…niat hati berburu malah aku mendapatkan emas...alangkah beruntungnya aku hari ini…”.

Disaat sang pemuda mengamati butiran emas dengan wajah yang riang tiba-tiba lewatlah sang kakek sambil memanggul seikat kayu bakar yang hendak dijualnya ke kota. Sang pemuda menyapa dengan ramah kepada sang kakek dan terjadilah sebuah percakapan. Sang pemuda berkata, “Wahai kakek…di tengah perbukitan yang sepi seperti ini, apakah yang kakek lakukan?” sang kakek menyahut, “…aku mengumpulkan kayu bakar untuk aku jual ke kota untuk memenuhi kebutuhan keluargaku…” sang pemuda menyambut, “setiap hari seperti itu???”, “ya…setiap hari” jawab sang kakek dengan polosnya. Dengan penuh rasa iba, sang pemuda bertutur, “Wahai kakek…aku baru saja menemukan sebuah tas tua di pinggir jalan ini dan ternyata isinya adalah lima butir emas…ambillah dua butir untuk dijual di kota dan pasti kakek akan mendapat uang yang banyak…gunakanlah untuk membeli kebutuhan keluarga dan modal usaha sehingga tidak perlu capek mengambil kayu bakar yang melelahkan dan hasilnya sedikit… ” sang kakek, dengan jidat yang dipenuhi titik-titik keringat dan kepala yang dibalut oleh kopiah lusuh berwarna putih hijau menjawab, “wahai anak muda…sungguh demi Allah…sudah hampir 20 Tahun aku mondar-mandir melalui jalan ini dan kulihat tas tua itu tergeletak dan tidak pernah bergeser dari tempatnya hingga hari ini tas tua itu sekarang sudah berada di tanganmu…sesekali sinar mentari pagi menyorot di bagian bolong tas tua itu dan aku tau itu adalah pantulan cahaya emas…namun aku takut mengambilnya karena aku khawatir pemilik aslinya datang untuk mengambilnya dan lebih takutnya lagi aku khawatir kelak Allah menyoalku karena mengambil barang yang bukan milikku…”.

Sesaat, suasana menjadi hening dan sang pemuda pun tertunduk malu dan haru mendengar penuturan sang kakek…tak terasa tetesan air mata dari ujung mata sang pemuda mulai menghiasi pipinya. Persahabatan antara sang pemuda dan kakek pun terjalin dan berlanjut hingga sang pemuda ikut mengenakan kopiah hijau putih yang kemudian berubah dari persahabatan menjadi persaudaraan. Ikhwan wa akhwatifillah…istiqomah dalam menepati bai’at telah mendarah daging pada diri sang kakek sehingga dengan sikapnya, tanpa banyak berdalil, orang pun paham bahwa bergabung dalam jamaah kita adalah sebuah keniscayaan menjadi orang baik dengan dilandasi oleh niat yang lurus dari diri kita sendiri. Tugas kita adalah mendakwahkan yang hak baik itu dengan berdalil ataupun dengan sikap real dalam kehidupan kita, namun menjadi hak Allah dalam hal memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki. Mudah-mudahan kita dipandaikan oleh Allah dalam menepati dan istiqomah mengawal bai’at kita hingga malaikat maut datang menjemput kita dengan penuh kelembutan. Aamiin…  (sumber Majalah Khilafatul Muslimin)

No comments:

KHILAFATULMUSLIMIN MASIH EKSIS

Oleh : Wuri Handoyo Awal bulan juni 2022 yang lalu, media Nasional ramai memberitakan tentang penangkapan sejumlah petinggi Khilafatul Musli...