Donasi Iklan

Saturday, September 26, 2015

CINTA YANG BERBUAH BENCANA

Oleh: Ustadz Muhamad Ghulam Shidiq

Moment yang sangat bahagia ketika kita menyaksikan pernikahan dari orang-orang yang kita sayangi, apalagi mereka adalah anak-anak kita, begitu cepatnya waktu seakan baru kemaren mereka baru melalui masa anak-anak dan remajanya, masih teringat jelas begitu manjanya senyum dan tangisnya ketika mereka bermain diusia balita, begitu terngiangnya rayuan mereka ketika menginginkan sesuatu yang kita tahan-tahan
demi menguatkan kedekatan kita. Dan terasa telah usai ketika mereka telah menemukan bagian dari belahan jiwanya, yang mungkin kita rasakan kekhawatiran, mungkinkah mereka masih memberi perhatiannya pada kita orang tuanya.

Bisa jadi rasa itu tidak pernah terbesit sedikitpun bagi kedua mempelai, bahkan akan seperti apakah setelah menikah juga tidak pernah terbayangkan, bagaimana peran dia sebagai seorang suami ataupun istri? Apakah sesuai dengan hayalan-hayalan yang selama ini tergambarkan sengan indahnya? Apakah begitu mudahnya menyelesaikan perselesaian yang akan mereka hadapi?. Dua moment yang berbeda, yang satu telah memanen hasil tanamnya, yang satu lagi mulai menanam benihnya.

Sehingga banyak sekali keterbatasan pengalaman yang menjadikannya mengalir begitu saja mengikuti karakter yang tertanam sejak lahir sampai mengantarkannya ke jenjang pelaminan. Itulah yang dialami oleh setiap orang tua dalam mendidik anaknya. Pola asuh anak pertama, mungkin lebih berbeda dibandingkan dengan pola asuh anak kedua ketiga dan seterusnya. Sehingga muncullah try and trial seakan anak pertama
adalah “kelinci percobaan“ bagi orang tua muda dalam mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan warohmah yang selama ini mereka idamkan.

Rasanya tak ada orang tua yang ingin menelantarkan buah hatinya, mengabaikan atau mencelakakan anaknya, hampir semua orang tua sungguh ingin membesarkan anaknya dengan baik. Mereka berkorban siang malam demi buah hatinya. Namun pada kenyataanya banyak orang tua  yang sibuk dengan urusan bisnisnya, pekerjaanya, maupun sibuk dengan rutinitas sehari hari  yang terkadang membuat kewajiban dan tanggung jawab mendidik anak bergeser menjadi hal sekunder. TIDAK MUDAH mejadi ORANG TUA, ungkapan ini sering kita dengar bagi orang tua muda.

Mulai dari anak selalu menangis sejadi-jadinya demi menginginkan sebuah mainan keinginannya, tidak memperdulikan mainan yang baru dibelikan orangtuanya sampai rusak, padahal orang tua tidak menginginkan membelikannya kalau bukan tangisan yang menjadikan orang tua malu dihadapan orang lain, anak yang selalu tidak mau mendengar nasehat dan perintah ibunya, berucap kata-kata yang ”kasar”, sangat pemalu, selalu menang sendiri dan egois, berbohong, penakut dan pengecut, lebih mencintai neneknya daripada abi dan uminya, tidak mau mengakui kesalahannya dengan melempar tanggung jawab, suka memukul dan menendang dengan marah, dan masih banyak lagi.

Dari kesemuanya diatas banyak orang tua yang member LABEL kepada BUAH HATINYA bahwa “anak saya nakal“ mengapa demikian ? apakah benar ini semua dikarenakan oleh factor lingkungan sekita? Jika iya, apakah kita sebagai orang tuanya adalah bagian dari “lingkungan sekita?” “BILA ANDA PERHATIKAN KERUSAKAN PADA DIRI ANAK-ANAK, ANDA AKAN MELIHAT BAHWA SEBAGIAN BESARNYA DISEBABKAN OLEH ORANG TUA” kelalaian dan ksalahan dalam pendidikan anak banyak gambaran dan fenomena, yang mengarah pada pemberontakan dan penyimpangan anak. Coba kita ungkap hal-hal tersebut sebagai berikut.

    TEPATKAN DIMANA RASA TAKUT ITU DENGAN TEPAT.

Terkadang orang tua sangat jengkel ketika anaknya tidak mau menuruti perintah ibunya, dan senjata ampuh yang keluar dari seorang ibu sering kali adalah “ …. Awas, nanti ibu bilang ke bapak lho kalau nggak nurut …. “. Ada beberapa hal yang muncul dari statement seorang ibu,

-          Tidak disadari hal ini merendahkan karakter Ibu, sebab Ibu dihadapan anak akan jatuh karena tidak    ada Bapak.

-          Bapak adalah sosok yang “menakutkan” dihadapan anak, yang justru akan “mengherankan” bagi Bapak, mengapa anak begitu takutnya
dengan dirinya.

-          Jika tidak ada Bapak maka anak akan bebas untuk melakukan hal-hal yang selama ini dia inginkan padahal hal ini sangat berbahaya
buat anak.

Maka yang harus dilakukan adalah

-          Berikan waktu kepada anak untuk berdialog terhadap apa yang ia inginkan.

-          Tepatkan dengan tepat yang harus ditakuti adalah Allah, bukannya manusia, orangtua hanya memilihi hak untuk dihormati dan
dita’ati.

    KESAMAAN KONSEP ANTARA BAPAK, IBU, KAKEK, NENEK DAN PEMBANTU

Sebut saja Andi yang begitu riangnya menikmati hujan-hujan bersama teman-temannya dan mainan mobil-mobilan kesayangannya, tergambar  pada senyum dan tawanya yang sering muncul tanpa menghiraukan dinginnya air hujan, spontan hilang dan berubah menjadi tangisan ketika Ibunya menjewer telinganya dengan sederet cacian untuk melarangnya untuk berhujan-hujan, meski Andi sudah mendapatkan ijin dari sang Bapak. Kita harus samakan persepsi diantara Ibu dan Bapak, bahkan orang ketiga seperti Nenek dan Kakek biasannya agak memngganggu terhadap konsep yang sudah disepakati bersama antara Ibu dan Bapak tentang perkembangan seorang anak. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan jangan spontan kita tunjukkan ketidak sukaan kita terhadap si pemilik kebijakan dihadapan anak. Dialogkan dengan baik dibelakang anak apa yang sudah menjadi kesepakatan kita dan berikan alasan yang tepat, taklupa kepada pembantu yang mungkin memiliki waktu yang banyak dengan anak-anak.

    SEIMBANG ANTARA REWARD AND PUNISHMENT

Terkadang ada anak yang ketika ditunjukkan kesalahannya seperti “tahu tidak kalau sekarang sudah jam 5, mau bangun jam berapa? Ayo segera sholat, mau terlambat lagi sekolahnya?” semakin membuat dia malas untuk melakukan kewajiban yang seharusnya dia lakukan, meski si anak tahu resiko apa yang akan dia hadapi jika ia tidak mau melakukan apa yang diinginkan oleh orang tuanya. Banyak factor yang mempengaruhi hal tersebut. Sadarkah bahwa ketika kita sebagai orang tua melihat kekeliruan yang dilakukan kepada anak  selalu spontan kita tunjukkan kesalahan itu bahkan dengan nada yang terkesan marah. Apakah si anak tidak mau merapikan kamarnya, terlambat bangun, malas mandi, tidak meletakkan pakaian pada tempatnya, selesai makan tidak menaruh piring di tempat cuci piring, waktunya untuk belajar dan masih banyak lagi.

Apakah pernah kita membeikan reward atau hadiah ketika ia bias bangun sendiri, sholat tepat waktu, mandi tepat waktu, mencuci piringnya setelah makan, belajar sendiri tanpa disuruh dll, dengan memberikan apresiasi kita terhadap PRESTASI yang ia lakukan selama ini. Meski itu hanya berupa pujian seperti Alhamdulillah anak Ibu sudah bisa  …, Pintar sekali anak Ibu yang satu ini bisa …, Hebat jagoan Bapak, atau berupa isyarat seperti dua jempol buat adik, senyuman yang menyenangkan, atau tosh buat anak laki-laki. Apalagi hadiah itu berupa materi seperti mainan kesukaan, diajak jalan-jalan, diberi uang jajan yang lebih dll.

Sehingga wajar jika hal ini tidak berimbang, maka dimata anak yang ada adalah “aku selalu salah dihadapan Ibu Bapak”, yang mengakibatkan dia selalu malas untuk melakukan yang terbaik yang disukai oleh Ibu dan Bapaknya, karena tidak berarti sekali kebaikan si anak dimata Ibu dan Bapaknya.  

    RASA SAYANG YANG BERLEBIHAN

Alhamdulillah setelah 10 tahun akhirnya saya memiliki anak yang kami nanti-nantikan sejak lama. Apalagi dia adalah anak satu-satunya sebagai curahan perhatian Ibu dan Bapaknya. Walhasil semua kasih sayangnya tercurah pada si anak satu-satunya. Segala apa yang diminta selalu di turuti, bahkan saking sayangnya jangan sampai ada orang yang menyakiti anak apalagi membuat si anak menangis.Akibat dari kasih sayang yang berlebih tadi adalah

-          Anak tidak biasa menghargai, baik materi maupun non materi. Karena dia tidak ada upaya untuk mendapatkan barang yang ia sukai,
ia hanya meminta dan datanglah apa yang dia inginkan.

-          Anak akan lebih nyaman dengan kesendiriannya dibandingkan dengan bersosialisasi dengan yang lain akibatnya dia tidak dapat
berempati atau merasakan penderitaan dengan teman atau orang lain.

Maka yang harus dilakukan adalah berikan semua keinginannya sewajarnya, katakana jika kita tidak mampu atau tidak ada uang untuk membeli barang keinginannya, serta berikan alasan yang masuk akal agar anak memahami dengan sederhana alasan Ibu dan Bapak untuk tidak mengabulkan apa yang anak minta.

    SANGAT PROTEKTIF DENGAN BANYAK LARANGAN

Tidak Ada orang tua yang menginginkan anaknya celaka, sehingga orang tua selalu mengawasi gerak-gerik anak sekecil apapun. Sehingga sangat sering kita mendengar kalimat “jangan” dan  “tidak boleh” dalam pola asuhnya. Elmira yang selalu memiliki hobi mewarnai dalam setiap even yang ia ikuti dalam lomba mewarnai selalu tidak lepas dari Ibunya. Seringkali Elmira bertanya kepada Ibunya, “gunungnya warna apa bun,
langitnya warna biru boleh nggak bu?” dan masih banyak lagi.Kurangnya rasa percaya diri anak, tidak berani mengambil keputusan dan tidak berani mencoba sesuatu yang baru adalah akibat dari over protektif yang berlebihan sering dilakukan oleh anak.Usahakan kurangi kata-kata larangan dengan mengalihkan ke alternative pilihan bagi anak anda, jika ternyata mengarah kepada akibat yang tidak terlalu berbahaya lebih baik kita tidak melarangnya agar anak berani untuk mencoba yang baru, ajaklah buah hati kita menjawab
tantangan yang sekiranya bisa dilakukan oleh anak dengan mengawasinya dari jauh.    HINDARI PERCEKCOKAN ORANG TUA DIHADAPAN ANAK

Banyak kita jumpai keluarga baru yang mulai menjajaki pasangan hidupnya untuk mencoba saling menyesuaikan karakter, mencoba menerima kekurangan pasangannya, dan ini tidak langsung di peroleh waktu yang singkat, terkadang keluarga yang usianya sudah mencapai 10 tahun saja belum dapat saling memahami keduanya. Yang berbuntut pada percekcokan baik kecil maupun besar. Dan sering kali mereka selalu melakukannya dihadapan anak-anak dengan dalih “jangan contoh prilaku bapakmu” bahkan sebaliknya. Munculnya anak yang suka marah-marah tanpa sebab, pemurung dan penakut, bahkan sampai kurang menghargai orang tua adalah akibat dari hal diatas. Anak merasa tidak suka dengan Ibu atau bapaknya atas statement Ibu atau bapaknya ketika dia saling memarahi, anak jadi takut berbagi cerita untuk meminta perhatian orang tuanya, padahal perhatian orang tua yang penuh adalah dibutuhkan dimasa-masa itu. Jika terjadi ketidak cocokan upayakan untuk meluapkannya tidak di depan anak-anak. Mencobalah untuk memanfaatkan anak-anak kita sebagai  jembatan kesesuaian diantara keduanya.

    BERBOHONG DIHADAPAN ANAK

Banyak upaya orang tua untuk menyuruh anaknya diam dalam tangisan anjangnya, gugup dan panic ketika melihat anaknya menangis akan dilakukan orang tua sekenanya meski harus berbohong, “ayo diam … nanti nenek lampirnya bangun, diam … nanti nggak diajak jalan-jalan lho,  diam dulu …. nggak dibelikan eskrim lho kalau masih nangis…” dan masih banyak lagi cara orang tua mendiamkan anaknya.Ketika anak diam, orang tua justru lupa dengan janjinya, dengan dalih anak tidak meminta. Anak itu memiliki memory yang sangat kuat terhadap masa kecilnya, dia tidak akan lupa dengan apa yang sudah pernah di janjikan oleh orang tuanya.Maka banyak anak yang ketika “jurus bohong” yang selama ini menjadi andalan orang tua sudah tidak mempan lagi dihadapan anak dan muncullah label PEMBOHONG pada orang tuanya. Walhasil ketika anak beranjak dewasa, dia tidak mau menuruti perkataan orang tuanya karena lunturnya rasa percaya kepada orang tua, naudzubillah.

    SALAH DALAM MEMBERI KEPERCYAAN BAGI PENGASUH ANAK

Era sekarang ini banyak orang tua yang sedikit sekali menyempatkan waktunya untuk anak-anak mereka dikarenakan kesibukannya diluar, sehingga banyak orang tua membutuhkan orang tambahan untuk mengurus anak-anak mereka. Apakah itu pembantu ataupun kerabat dekatnya.Meski kita sudah memberikan nasehat kepada mereka yang akan membantu terhadap kebiasaan anak sebelumnya, perlu sekali kita memberikan
 rambu-rambu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan anak, ajak dia melihat bagaimana kita sebagai orang tuanya mendidiknya, jangan sampai apa yang sudah kita bangun selama ini hancur hanya karena sebab hal demikian.

    KURANG MENDENGARKAN UCAPAN ANAK.

Eric pulang sambil menangis dengan luka di lututnya dan di pelipis wajahnya, spontan sang ibu langsung memberikan bertubi-tubi cacian dengan banyak menyalahkan anak tanpa mengetahui lebih jauh mengapa hal ini terjadi, “makanya, jangan ngebut kalau pakai sepeda, sudah dibilang tidur siang, rasain kalo tidak nurut sama ibu” padahal anak punya cerita yang berbeda akan kejadian ini.Jangan salahkan anak jika anak lebih memilih orang lain untuk mendapatkan perhatiannya, anak akan banyak tidak jujur dengan orang tua,
meski hal itu harus diketahui oleh orang tuannya.Bersikaplah tenang dalam menghadapi tangisan anak, urus dulu luka-lukanya sembari menanyakan mengaa ini bias terjadi.Atau sering kita lihat anak yang selalu tidak mau mendengar nasehat dan perintah ibunya “nak … tolong ambilkan piring di meja makan…” dan
si anak menjawab dengan berteriak “ yaa  ….. bu entar dulu yaa ….”

Seakan anak bukan menjadi anak yang tidak mendengarkan apa yang kita ucapkan.  Seorang ibu yang asyik dengan kesibukannya, apakah itu rutinitas di dapur, maupun ditempat kerja lainnya, disaat yang bersamaan anak-anak kita meminta perhatian ibunya apakah hanya sekedar bertanya maupun bercerita. Seringkali hal ini dianggap mengganggu sehingga kita mendengarkan dan meresponnya dengan sekedarnya, dengan
asyik melakukan aktivitas ibu, bahkan menanggapinya dengan tanpa melihat bagaimana anak menyampaikan cerita dan pertanyaannya. Bagaimana dengan hal ini, siaa yang sebenanya bukan pendengar yang baik, kita? Atau anak kita?

Hargai anak kita dengan mendengarkan apa yang ia ucapkan, tanyakan, beri waktu special meski hanya sebentar, berhentilah beraktivitas meski hanya beberapa menit saja untuk mendengarkannya, apalagi dengan menyejajarkan posisi tinggi kita dengan anak dg cara kita duduk atau merunduk untuk menatap ekspresi anak dalam bertanya dan bercerita, berikan umpan balik yang hangat padanya, jika kita ingin anak
 melakukan apa yang kita inginkan … mencobalah untuk menghampirinya jika memungkinkan sehingga kita tidak teriak dalam memerintahnya.

    HARGAI KEJUJURAN ANAK

Seorang ibu terperanjak kaget ketika mendengar bahwa anaknya ketahuan memakai narkoba, padahal selama ini anak sangat baik, pendiam dan terkesan pandai dihadapan ibunya. Mengapa hal sebesar ini tidak ia ketahui, padahal dia sudah memakai narkoba sudah satu tahun yang lalu. Dilain kasus ada anak yang selalu melempar kesalahan kepada teman yang lain, meski ia yang melakukan kesalahan.Tidak terlepas dari bagaimana ketika kita menilai prilaku anak, jika kita melihat prilaku yang tidak baik pada anak, kita tidak pernah menanyakan terlebih dahulu mengapa anak melakukan hal itu? Orang tua selalu menjustifikasi bahwa anak salah, padahal anak lebih memiliki alasan tersendiri. Sehingga ketika anak melakukan kesalahan, maka yang dilakukan lebih baik ia diam, dan tidak mengatakan yang sebenarnya, atau bahkan mencari aman dengan mengkambing hitamkan teman atau yang lainnya.

Terkadang ketika anak bersifat jujur, kita masih mencaci makinya, padahal hal ini sangat berharga sekali buat anak, maka hargai kejujurannya terlebih dahulu, kejujuran adalah emas buat anak yang tiak boleh disia-siakan, jangan sampai anak berhenti untuk melakukan kejujurannya hanya karena respon kita yang kurang tepat.Masih banyak hal-hal yang perlu kita perbaiki dalam mendidik buah hati kita, Walhasil mencobalah berdialog dengan buah hati kita, sempatkan waktu special dan berharga untuk saling mencurahkan perhatian meski hanya sebentar, mencobalah menjadi pendenga yang baik, jangan sampai kita “memanen” hal-hal yang tidak kita inginkan kelak ketika ia sudah dewasa. Membiasakan dengan capan Terima kasih, Maaf dan Alhamdulilah adalah yang tidak bias kita remehkan, yang utama dekatkan diri kita dan anak kepada Allah dan sadari bahwa anak itu membutuhkan contoh sebagai teladan dalam kehidupannya, jangan samapai diri kita berperan aktif dalam mewarnai sikap negative buah hati kita, sadarilah sedini mungkin, dan mencobalah untuk memulai sejak dini. Semoga bermanfaat, Wallahua’lam (MGS)

No comments:

KHILAFATULMUSLIMIN MASIH EKSIS

Oleh : Wuri Handoyo Awal bulan juni 2022 yang lalu, media Nasional ramai memberitakan tentang penangkapan sejumlah petinggi Khilafatul Musli...